Kamis

HARI BUMI




Hari Bumi, yang dirayakan pada tanggal 22 April, merupakan hari yang dirancang untuk membangkitkan kesadaran akan lingkungan bumi. Didirikan oleh Senator Amerika, Gaylord Nelson sebagai pengajar lingkungan pada 1970 dan dirayakan di banyak Negara setiap tahunnya. Tanggal ini adalah musim semi di  belahan utara bumi dan musim gugur di belahan selatan bumi.

Sementara itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa merayakan Hari Bumi setiap tahunnya pada March Equinox yang sering jatuh pada tanggal 20 Maret, sebuah tradisi yang didirikan oleh aktivis perdamaian John McConnell pada 1969.
Sejarah Hari Bumi 22 April 


 Pada bulan September 1969 di sebuah konferensi di Seattle, Washington, US Senator Gaylord Nelson dari Wisconsin mengumumkan bahwa pada musim semi 1970 akan ada sebuah demonstrasi nasional mengenai lingkungan. Hal tersebut terjadi pada periode dimana terdapat kepedulian yang tinggi tentang overpopulasi dan gerakan yang kuat tentang “Pertumbuhan Populasi Nol”.
Pertama-tama Senator Nelson mengajukan protes lingkungan berskala nasional untuk memasukkan lingkungan ke dalam agenda nasional.
Lima bulan sebelum Hari Bumi 22 April pertama, pada hari Minggu, 30 November 1969, The New York Times menerbitkan artikel yang ditulis Gladwin Hill mengenai meningkatnya histeria dari "global cooling": “Peningkatan kepedulian mengenai krisis lingkungan menggerakkan warga kampus untuk menyatakan ketidakpuasan akan Perang di Vietnam.”
Tanggal 22 April 1970 diperingati sebagai Hari Bumi pertama yang menandai gerakan lingkungan hidup modern. Sekitar 20 juta orang Amerika berpartisipasi, dengan tujuan yang mulia yaitu  lingkungan yang berkesinambungan.
Denis Hayes, selaku koordinator yang ditunjuk Gladwin Hill, mengorganisir para stafnya untuk melakukan reli secara besar-besaran dari satu pantai ke pantai yang lain. Ribuan massa dari berbagai universitas mengorganisir demonstrasi melawan perusakan lingkungan. Kelompok-kelompok yang telah memerangi oil spills, pabrik-pabrik berpolusi dan pembangkit tenaga listrik, limbah bahan baku, pembuangan bahan beracun, pestisida, jalan tol, hilangnya hutan belantara, dan hilangnya alam liar, tiba-tiba menyadari bahwa mereka memiliki nilai-nilai yang sama yang diperjuangkan.
Memobilisasi 200 juta orang di 141 negara dan pengangkatan status masalah lingkungan hidup ke pentas dunia, Hari Bumi pada 22 April 1990 meningkatkan usaha daur ulang di seluruh dunia usaha dan membuka jalan bagi Earth Summit yang diselenggarakan oleh PBB pada 1992 di Rio de Janeiro.
Mendekati milenium, Hayes sepakat untuk membuka jalan bagi kampanye lain, kali ini difokuskan pada pemanasan global dan untuk mendorong energi bersih. Untuk tahun 2000, Hari Bumi memiliki Internet untuk membantu link aktivis di seluruh dunia. By the time April 22 came around, 5,000 environmental groups around the world were on board, reaching out to hundreds of millions of people in a record 184 countries. Pada 22 April, 5000 kelompok lingkungan di seluruh dunia berpartisipasi pada Hari Bumi, menjangkau ratusan juta orang di 184 negara. Kegiatan yang dilaksanakan bervariasi, misalnya ratusan orang berkumpul di mal di Washington DC.
Hari Bumi 2000 mengirim pesan yang keras dan jelas bahwa warga negara dunia menginginkan tindakan tegas dan cepat dalam mewujudkan energi bersih. Hari Bumi 2007 adalah salah satu yang terbesar untuk Hari Bumi 22 April, dengan perkiraan miliaran orang berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan dalam ribuan tempat seperti Kiev, Ukraina; Caracas, Venezuela; Tuvalu; Manila, Filipina; Togo; Madrid, Spanyol, London, dan New York.
Didirikan oleh penyelenggara yang pertama pada 22 April 1970, Jaringan Hari Bumi mempromosikan kewarganegaraan lingkungan dan tindakan progresif sepanjang tahun di seluruh dunia. Hari Bumi Jaringan adalah tenaga penggerak bagi kesadaran lingkungan di seluruh dunia. Melalui Hari Bumi Jaringan, aktivis menghubungkan perubahan kebijakan lokal, nasional, dan global. Jaringan Internasional dari Hari Bumi Jaringan mencapai lebih dari 17.000 organisasi di 174 negara, sedangkan dalam negeri program melibatkan 5.000 kelompok dan lebih dari 25.000 pendidik yang mengkoordinasi kegiatan jutaan pengembangan masyarakat dan perlindungan lingkungan hidup sepanjang tahun. Hari Bumi adalah satu-satunya acara yang dirayakan secara serentak di seluruh dunia oleh masyarakat dari semua latar belakang agama dan negara. Lebih dari setengah miliar orang berpartisipasi dalam kampanye Hari Bumi Jaringan setiap tahunnya. (Poppy)
Sumber:Wikipedia

Sabtu

Mari Matikan Lampu Selama 60 Menit


Nanti malam tepatnya pukul 20.30 sampai dengan 21.30 di seluruh dunia yang hidup di bumi akan melaksanakan aksi mematikan lampu dan peralatan Listrik yang ada. Baik itu dirumah, dijalan, di pasar, dan ditempat tempat keramaian, aksi ini dikenal dengan EARTH HOUR
Apa sih Earth Hour itu? Earth Hour adalah gerakan bersama seluruh dunia untuk mematikan lampu selama 1 jam, secara bersamaan. Biasanya ini dilakukan di akhir bulan Maret, di akhir pekan pada pukul 20.30-21.30 waktu setempat. Gerakan ini dimulai dari Sidney 2007 tahun lalu dan di Indonesia baru dimulai pada tahun 2009.
Lalu apa manfaatnya dengan mematikan lampu di Earth Hour? Pesannya jelas, hemat energi. Dengan mematikan lampu selama 1 jam , di rumah/kantor/toko dll, berarti menghemat energi yang digunakan untuk menghasilkan listrik lampu tersebut. Dan berarti mengurangi efek rumah kaca dari gas karbon yang dihasilkan pembangkit energi. Harap dimaklumi, sebagian besar listrik kita (Indonesia, bahkan dunia) masih dihasilkan dari pembakaran minyak dan batubara, sehingga gas karbon banyak terlepas ke udara – efek rumah kaca – pemanasan global.
Apa ya cukup dengan mematikan 1 jam saja, lalu besoknya kita tetap boros listrik? Tentu tidak demikian harapan dari kegiatan Earth Hour. Kegiatan ini dilakukan serempak di seluruh dunia, dengan maksud mengingatkan kita untuk selalu hemat energi. Untuk selalu ingat, setiap kemudahan yang kita peroleh mesti dibayar dengan yang lain. Istilah orang ekonomi, semua ada harganya. Dan harga dari kehidupan modern (listrik, TV, microwave, mobil, dll) adalah kerusakan lingkungan. Maka salah satu cara untuk mengurangi kerusakan lingkungan adalah dengan mengubah perilaku/ gaya hidup kita yang hemat energi.
Earth Hour ini bisa dianalogikan dengan perayaan ulang tahun. Setahun sekali kita berulang tahun kan? Dan di setiap ulang tahun kita atau teman-teman selalu berucap panjang umur, semoga sehat selalu, banyak rezeki, dan sebagainya. Padahal semua itu  kita butuhkan juga setiap hari bukan? Setiap hari kita mesti bersyukur, berharap bangun di hari berikutnya, selalu sehat di hari ini, dstnya. Tetapi manusia adalah makhluk fana dan pelupa. Maka dia (manusia) membutuhkan tanda/simbol…yaitu hari ulang tahun. Agar selalu ingat, bahwa usianya makin bertambah, makin tua, sehingga makin sadar ‘rumah masa depan’ makin dekat…lalu biasanya banyak bertobat. Coba kalau tidak ada perayaan ulang tahun…mungkin tidak pernah merasa tua…
Begitu juga dengan Earth Hour. Mari kita rayakan bersama Earth Hour pada tanggal 27 Maret 2010 malam ini, dengan mematikan lampu, juga peralatan lain yang mempergunakan aliran  listrik seperti TV, radio, AC,  dsbnya selama 1 jam saja, 20.30 – 21.30 waktu setempat (WIB, WITA, WIT). Sambil merasakan bagaimana bila kita sejenak lepas dari peralatan-peralatan elektrik tersebut. Dan mari juga mengucapkan komitmen untuk hari-hari berikutnya, kita akan berhemat dalam hal apa. Misalnya mematikan AC saat menjelang tidur, mematikan lampu yang tidak terpakai, mencabut charger ponsel bila sudah selesai mengisi baterei, memakai lampu energi surya, dstnya. Karena Earth Hour menjadi tidak maksimal, bila kita hanya berhemat di satu hari saja. Mesti berhemat energi  setiap hari!
Nah sahabat, mari matikan perangkat listrik selama 60 menit sebagai partisipasi dalam Earth Hour ini di manapun sahabat berada dan Nikmatilah Malam!
Gantilah penerangan rumah kita dengan lilin lilin kecil, semakin sedikit cahaya yang terlihat semakin terasa indahnya malam, dan saat waktunya usai setelah meniup lilin katakan

Rabu

Strategi Baru Untuk MelestarikanHutan Tropis

Pergeseran alasan penggundulan hutan akibat alasan kemiskinan ke alasan perusahaan memiliki implikasi penting bagi pelestarian.

Dalam jangka waktu hanya 1-2 dekade, sifat dari perusakan hutan tropis telah berubah. TIdak lagi didominasi oleh petani desa, kini penggundulan hutan secara substansial digerakkan oleh industri besar dan globalisasi ekonomi, melalui pengumpulan kayu, penambangan minyak, pengembangan minyak dan gas, pertanian skala bear, dan perkebunan pepohonan eksotis yang menjadi sebab-sebab paling sering dari hilangnya hutan. Walau mempengaruhi tantangan serius, perubahan seperti ini juga menciptakan kesempatan-kesempatan baru yang penting bagi pelestarian hutan. Menurut kami, dengan lebih mengarahkan target kampanye masyarakat pada korporasi-korporasi dan kelompok-kelompok dagang yang strategis, kepentingan pelestarian bisa saja memberikan pengaruh yang lebih kuat pada nasib hutan tropis.

Pendahuluan

Hutan tropis, secara biologis, merupakan ekosistem terkaya di bumi dan berperan penting dalam hidrologi regional, penyimpanan karbon, dan iklim global [1,2]. Namun perusakan hutan tropis dengan cepat terus berlanjut, dengan sekitar 13 juta hektar hutan dihabisi setiap tahunnya [3]. Walau angka ini tidak berubah secara mencolok di dekade-dekade terakhir ini, dasar dari penggerak penggundulan hutan sedang bergeser – dari kebanyakan penggundulan hutan yang digerakkan oleh kebutuhan hidup di tahun 1960an-1980an, ke lebih banyak penggundulan hutan yang digerakkan oleh industri akhir-akhir ini [4-6]. Tren ini, kami tegaskan, memiliki implikasi kunci untuk pelestarian hutan.

Dari tahun 1960an-1980an, penggundulan hutan tropis ditiupkan secara luas oleh kebijakan-kebijakan pemerintah untuk pengembangan pedesaan, yang mencakup peminjaman untuk pertanian, pajak insentif, dan konstruksi jalanan, bersamaan dengan pertumbuhan populasi yang cepat di banyak negara berkembang [4-6]. Inisiatif-inisiatif ini, terutama terlihat di negara-negara seperti Brazil dan Indonesia, mendorong munculnya gelombang arus yang dramatis para penduduk ke daerah perbatasan dan sering kali menyebabkan kerusakan hutan secara cepat. Dugaan bahwa para petani skala kecil dan peladang yang berpindah-pindah bertanggungjawab pada hilangnya hutan kebanyakan [7] mengarah pada sebuah pendekatan konservasi seperti Integrated Conservation and Development Projects (ICDP), yang berusaha menghubungkan konservasi alam dengan pembangunan desa yang berkelanjutan [8]. Bagaimanapun juga, sekarang ini banyak yang percaya bahwa ICDP telah sering gagal akibat kelemahan pada perencanaan dan implementasi, dan karena masyarakat lokal biasa menggunakan dana ICDP untuk meningkatkan pendapatan mereka, bukan untuk mengganti keuntungan yang telah mereka dapatkan dari mengeksploitasi alam [9-23].







Small-holder deforestation in Suriname (top) and Borneo (bottom)
Baru-baru ini, pengaruh kuat langsung dari masyarakat pedesaan pada hutan tropis tampaknya telah stabil dan bahkan telah berkurang di beberapa wilayah. Walau banyak negara tropis masih memiliki pertumbuhan populasi yang tinggi, tren urbanisasi yang kuat di negara berkembang (kecuali di Sub-Saharan Afrika) menunjukkan bahwa populasi di pedasaan tumbuh dengan lebih lambat, dan di beberapa negara mulai menurun (Figur 1) [14, 15]. Popularitas program perpindahan penduduk ke perbatasan skala besar telah pula menyusut di beberapa negara [5, 16, 17]. Jika tren seperti itu berlanjut, mereka mungkin meringankan tekanan pada hutan dari kegiatan pertanian skala kecil, berburu, dan mengumpulkan kayu bakar [18].

Pada saat yang bersamaan, pasar finansial yang telah terglobalisasi dan tingginya komoditas dunia menciptakan sebuah lingkungan yang amat menarik bagi sektor swasta [5, 6]. Sebagai hasil, industri penebangan kayu, penambangan, pengembangan minyak dan gas, dan terutama pertanian skala besar semakin muncul sebagai penyebab dominan dari kerusakan hutan tropis [6, 19-22]. Di Amazonia Brazil, contohnya, pertanian skala besar telah meledak, dengan jumlah hewan ternak yang meningkat lebih dari 3 kali lipat (dari 22 ke 74 juta kepala) sejak 1990 [23], sementara industry penebangan kayu dan pertanian kedelai juga telah tumbuh dengan dramatis [24, 25]. Gelombang permintaan akan padi-padian dan minyak yang dapat dikonsumsi, didorong oleh kebutuhan dunia akan biofuel dan kenaikan standar hidup di negara-negara berkembang, membantu memacu tren ini [19, 26, 27].

Walaupun kita dan yang lain khawatir dengan bangkitnya penggundulan hutan skala industri (figure 2), kami berpendapat bahwa itu juga merupakan tanda munculnya kesempatan untuk perlindungan dan manajemen hutan. Daripada berusaha mempengaruhi ratusan juta penduduk hutan di daerah tropis – sebuah tantangan yang mengecilkan hati, paling baik – pendukung pelestarian sekarang bisa memfokuskan perhatian mereka pada jumlah korporasi pengeksploitasi sumber yang jauh lebih kecil. Banyak dari mereka adalah perusahaan multinasional atau perusahaan domestik yang mencari akses ke pasar internasional [6, 19-22], yang mendorong mereka untuk menunjukkan beberapa sensitifitas terhadap masalah-masalah lingkungan yang tumbuh kepada konsumen global dan pemegang saham. Saat mereka em, korporasi seperti itu menjadi cukup lemah untuk diserang citra publiknya.

Melawan Korporasi

Saat ini, beberapa korporasi dapat dengan mudah mengabaikan lingkungan. Kelompok-kelompok konservasi pun belajar untuk menarget perusahaan-perusahaan yang melanggar, memobilisasi dukungan melalui boikot konsumen dan kampanye kesadaran publik. Sebagai contoh, mengikuti sebuah usaha pemberantasan yang intens dari masyarakat, Greenpeace baru-baru ini menekan penghancur kedelai terbesar di Amazonia untuk melaksanakan sebuah proses penangguhan pada pengolahan kedelai, menunda pengembangan dari sebuah mekanisme pelacakan untuk memastikan hasil panen mereka datang dari produsen-produsen yang bertanggungjawab pada lingkungan [28]. Boikot sebelumnya oleh Rainforest Action Network (RAN) mendorong beberapa rantai retail utama di AS, termasuk Home Depot dan Lowe’s, untuk mengubah kebijakan belanja mereka untuk menyokong produk-produk kayu yang lebih mendukung [29]. Di bawah ancaman dari publisitas negative, RAN bahkan telah meyakinkan beberapa perusahaan-perusahaan finansial terbesar di dunia, termasuk Goldman Sachs, JP Morgan Chase, Citigroup dan Bank of America, untuk memodifikasi praktek-praktek peminjaman dan pembiayaan untuk proyek-proyek kehutanan [30].






Tren akhir-akhir ini membuat para kelompok konservasi lebih mudah untuk menguasai industri-industri pengeksploitasi sumber alam. Berkat skala ekonomi, korporasi multinasional kerap menemukan bahwa lebih efisien untuk mengkonsentrasikan kegiatan mereka pada beberapa negara besar, karena mengurangi jumlah dari wilayah geografis yang diawasi dengan aktif oleh kelompok-kelompok konservasi. Lebih lagi, banyak industri, yang termotivasi oleh ketakutan akan publisitas negatif, mendirikan koalisi yang mengaku mendukung keberlangsungan lingkungan sesama anggota mereka. Contoh dari kelompok industri seperti ini termasuk AliancĂ‚¸a da Terra untuk para peternak di Amazonia [31], Roundtable on Sustainable Palm Oil di Asia Tenggara, dan Forest Stewardship Council untuk industri kayu global. Karenanya, daripada menargetkan ratusan korporasi yang berbeda, para penggiat konservasi dapat menciptakan dampak besar dengan hanya menyerang beberapa titik tekanan industri.

Korporasi juga dikuasai oleh wortel dan tongkat. Perusahaan yang membeli keberlangsungan, menikmati pertumbuhan menjadi pilihan konsumen dan harga-harga premium untuk produk ramah lingkungan mereka. Menurut sumber-sumber industri [32], sebagai contoh, produk kayu 'hijau’ – yang diproduksi dengan cara yang bersahabat bagi lingkungan – tercatat penjualan sebesar $7,4 milyar di Amerika Serikat di tahun 2005, dan diharapkan akan tumbuh hingga $38 milyar pada tahun 2010. Penghargaan seperti ini mungkin mendapat pengaruh yang lebih besar pada korporasi multinasional, yang harus berusaha menjaga konsumen dan pemegang saham internasional mereka senang, daripada pada perusahaan lokal yang bekerja sendirian di negara-negara berkembang [33].

Tantangan baru

Meningkatnya pengaruh kuat para perusahaan penggundul hutan juga memiliki sisi lemah. Industrialisasi dapat mempercepat kerusakan hutan, dengan hutan yang dulunya dipangkas secara langsung oleh petani-petani skala kecil saat ini dengan cepat dilindas oleh bulldozer. Lebih lagi, aktifitas industri seperti penebangan, penambangan, pengembangan minyak dan gas mendukung penggundulan hutan, tak hanya secara langsung tapi juga tak langsung, dengan menciptakan daya dorong ekonomi yang amat kuat untuk pembangunan jalan-hutan. Setelah terbangun, jalan-jalan ini dapat melepaskan berbagai invasi hutan yang tak terkontrol oleh para penduduk, pemburu, dan makelar tanah [20, 21, 24].

Masalah utama lain adalah tak semua pasar merespon pada prioritas lingkungan. Di banyak negara berkembang, kekhawatiran lingkungan terkubur oleh meningkatnya permintaan dari kelas menengah yang sedang tumbuh. Sebagai contoh, konsumen Asia sejauh ini menunjukkan sedikit ketertarikan pada produk-produk kayu yang memiliki sertifikat lingkungan [34], tidak seperti konsumen di Amerika Utara dan terutama Eropa. Lebih lagi, saat harga untuk material mentah membumbung tinggi, sebuah perebutan akan sumber alam dapat terjadi, membuat kelangsungan lingkungan hanya sebuah pikiran belaka dibandingkan permintaan yang meningkat.

Akhirnya, bahkan berlimpahnya konsumen yang sadar lingkungan tak dapat menjamin tingkah laku yang baik dari sebuah perusahaan (lihat Box 1). Banyak korporasi telah dituduh ‘greenwashing’ – berpura-pura memproduksi produk hijau yang sebenarnya hanya memiliki keuntungan kecil bagi lingkungan. Di industri kayu tropis, sebagai contoh, beberapa kelompok meragukan, yang disponsori oleh industri, telah berusaha untuk berkompetisi dengan badan-badan sertifikasi lingkungan legal seperti Forest Stewardship Council [35]. Melacak produk-produk dari hutan ke konsumen terakhir – melalui rantai perantara, manufaktur dan penjual retail – dapat menjadi sangat sulit. Sebagai contoh, Greenpeace [36] baru-baru ini mengungkapkan bahwa raksasa makanan seperti Nestle, Procter and Gamble, dan Unilever menggunakan minyak kelapa yang ditanam di lahan-lahan yang baru saja gundul, meski ada jaminan sebaliknya dari Roundtable on Sustainable Palm Oil. Kerumitan seperti itu memberikan penghargaan pada mereka yang curang dan menghilangkan keuntungan bagi korporasi yang melakukan usaha-usaha baik mendukung keberlangsungan tersebut.

Masa depan






Thomaz W. Mendoza-Harrell
Meskipun ada kerumitan seperti itu, para penggiat konservasi harus belajar untuk menghadapi perusahaan-perusahaan penggerak penggundulan hutan tropis dengan lebih efektif dan bertenaga. Penggerak-penggerak seperti ini di masa depan pasti akan meningkat karena aktifitas industri global diramalkan akan berkembang hingga 300-600% pada tahun 2050, dengan banyaknya negara berkembang [37]. Untuk mereka, sebuah peningkatan angka pada perusahaan menyadarkan bahwa keberlangsungan lingkungan hanyalah sebuah bisnis yang bagus. Dari tren seperti itu, kami melihat banyak dibutuhkan dialog dan debat antara kepentingan industri, keilmuan, dan konservasi di wilayah tropis. Selain dari pengaruh kelompok-kelompok lingkungan, pengaruh kuat dari industri juga akan ditengahi oleh kebijakan-kebijakan pemerintah dan perjanjian internasional, seperti UN Framework Convention on Climate Change and the Convention on Biological Diversity. Sebagai contoh, subsidi pemerintah secara besar-besaran untuk ethanol jagung saat ini menciptakan distorsi pasar yang mendukung penggundulan hutan di Amazon [23], yang mana sebenarnya pertukaran karbon internasional pada akhirnya dapat memperlambat kerusakan hutan di beberapa negara tertentu [38, 39]. Karena kebijakan-kebijakan seperti itu dapat berubah secara cepat dan memiliki pengaruh yang luas, para penggiat konservasi mengabaikan mereka atas resiko sendiri.

Perubahan ada di kita. Pada satu sisi, globalisasi dan industri pertanian yang cepat, penebangan, penambangan dan pembuatan biofuel muncul sebagai penggerak dominan dari penggundulan hutan. Di sisi lain, pertumbuhan kepedulian publik mengenai keberlangsungan lingkungan menciptakan kesempatan-kesempatan baru yang penting bagi perlindungan hutan. Dengan menargetkan industri-industri strategis dengan kampanye pendidikan bagi konsumen, kepentingan pelestarian dapat memperoleh senjata baru yang kuat dalam pertempuran untuk memperlambat perusakan hutan.

Ucapan terima kasih

Kami ucapkan terima kasih pada Thomas Rudel, Robert Ewers, Susan Laurance, Katja Bargum dan tiga referee anonim untuk komentar-komentarnya yang amat membantu.




Tantangan untuk sertifikasi ekologi

Di wilayah tropis, sama seperti di wilayah lain, skema sertifikasi ekologi menghadapi beberapa rintangan tinggi. Bahkan saat para pelanggan memilih produk-produk ramah lingkungan, sertifikasi ekologi ini dapat terhambat oleh korupsi dan pemerintahan yang lemah, ukuran tidak efektif untuk memastikan keberlangsungan lingkungan dan bocornya produk-produk tidak bersertifikat ke pasar.

Sebagai contoh, Forest Stewardship Council (FSC), yang kerap dilihat sebagai standar emas untuk sertifikasi produk-produk kayu, mendapatkan kritik besar-besaran dari beberapa kelompok lingkungan [40]. Para pengkritik mengungkapkan bahwa sertifikasi FSC pada produk dari ‘sumber campuran’, seperti furnitur yang hanya sebagian bahannya berasal dari kayu bersertifikat, merusak kredibilitasnya. Sertifikasi pada beberapa skema kayu yang meragukan, seperti perkebunan monokultur di lahan-lahan bekas hutan, juga merusak label [40]. Tahun lalu, sebuah penyelidikan dari Wall Street Journal memaksa FSC untuk secara efektif mencabut sertifikasi dari Asia Pulp and Paper Company yang berkantor di Singapura karena melakukan kegiatan yang merusak lingkungan di Pulau Sumatra, Indonesia [41].

Korupsi dan penggelapan juga termasuk dalam kekhawatiran. Berkolaborasi dengan petugas yang korup, bisa membuat beberapa perusahaan memperoleh sertifikasi yang tidak benar atas produk mereka, dimana sebuah perusahaan bisa mengaku memiliki sertifikasi padahal mereka tidak memilikinya. Sebuah laporan baru-baru ini tentang penebangan ilegal di Asia Tenggara, contohnya, menguak bahwa paling tidak dua perusahaan furnitur besar memasarkan produk-produk bersertifikasi ekologi padahal mereka tidak memiliki label tersebut [42].

Tantangan lain adalah mengevaluasi dengan benar berbagai aktifitas perusahaan kayu internasional. Para penyertifikasi ekologi telah dituduh terlalu menyempitkan fokus pada operasidi dalam pusat wilayah konservasi dan mengabaikan operasi perusakan di daerah lain [40]. Sebagai tambahan, perusahaan kayu seringkali membeli kayu dari bermacam-macam sumber dan sub-kontrak ke perusahaan lain, dan itu bisa menjadi sangat sulit untuk ditentukan apakah cabang-cabang dan rekan-rekan mereka tersebut terkait pada penebangan yang merusak [36].

Di akhir, beberapa kritik berpendapat bahwa operasi kayu yang bersertifikasi ekologi jarang sekali memiliki dampak berkelanjutan pada jangka waktu yang panjang. Penebangan yang berulang-ulang di hutan yang pertumbuhannya lama dapat mengurangi stok karbon dan menurunkan habitat untuk spesialisasi hutan, karenanya mengancam keanekaragaman hayati [1]. Lebih jauh, hutan yang ditebangi jauh lebih mudah mengering, terbakar, dan gundul dibandingkan dengan daerah yang tidak ditebangi [24, 43].






Indonesia: Profil Lingkungan




Menyelamatkan Orangutan di Borneo




Kenapa kelapa sawit menggantikan hutan hujan?




Kebakaran hutan sebagai hasil dari kegagalan pemerintah di Indonesia


Minyak Kelapa Tidak Harus Buruk Bagi Lingkungan



Borneo: Profil Lingkungan



Kredit karbon




Dapatkah konservasi lahan gambut jadi lebih menguntungkan


Apakah industri minyak kelapa menyesatkan masyarakat?



Strategi baru untuk melestarikan hutan tropis






Kamis

Efek Rumah Kaca / Green House Effect

PENDAHULUAN

Keadaan suhu di bumi sekarang ini semakin hari semakin panas kita rasakan. Suhu pun tidak stabil. Cuaca yang tidak menentu membuat kehidupan di muka bumi ini terancam. Pembangunan gedung-gedung besar dan tinggi serta pembabatan hutan secara liar merupakan salah satu penyebab makin panasnya suhu bumi – karena tidak seimbangnya kadar karbon dioksida di udara dengan polusi yang ditimbulkan oleh msin-mesin industri, asap kendaraan bermotor, dan lain-lain.
Sejak revolusi industri tahun 1750, industrialisasi di dunia – khususnya di Eropa terus meningkat. Ini menyebabkan kadar gas yang berbahaya semakin tajam. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat orang lupa akan kelestarian lingkungannya, namun seiring dengan itu usaha-usaha perbaikan lingkungan pun juga gencar dilaksanakan.


PEMBAHASAN

A.     Pengenalan Efek Rumah Kaca
Efek rumah kaca, pertama kali ditemukan oleh Joseph Fourier pada 1824, merupakan sebuah proses di mana atmosfer memanaskan sebuah planet. Mars, Venus, dan benda langit beratmosfer lainnya (seperti satelit alami Saturnus, Titan) memiliki efek rumah kaca.
Efek rumah kaca dapat digunakan untuk menunjuk dua hal berbeda: efek rumah kaca alami yang terjadi secara alami di bumi, dan efek rumah kaca ditingkatkan yang terjadi akibat aktivitas manusia (lihat juga pemanasan global). Yang belakangan ini diterima oleh semua; yang pertama diterima kebanyakan oleh ilmuwan, meskipun ada beberapa perbedaan pendapat.
Ketika radiasi matahari tampak maupun tidak tampak dipancarkan ke bumi, 10 energi radiasi matahari itu diserap oleh berbagai gas yang ada di atmosfer, 34% dipantulkan oleh awan dan permukaan bumi, 42% membuat bumi menjadi panas, 23% menguapkan air, dan hanya 0,023% dimanfaatkan tanaman untuk perfotosintesis.
Malam hari permukaan bumi memantulkan energi dari matahari yang tidak diubah menjadi bentuk energi lain seperti diubah menjadi karbohidrat oleh tanaman dalam bentuk radiasi inframerah. Tetapi tidak semua radiasi panas inframerah dari permukaan bumi tertahan oleh gas-gas yang ada di atmosfer. Gas-gas yang ada di atmosfer menyerap energi panas pantulan dari bumi.
Dalam skala yang lebih kecil – hal yang sama juga terjadi di dalam rumah kaca. Radiasi sinar matahari menembus kaca, lalu masuk ke dalam rumah kaca. Pantulan dari benda dan permukaan di dalam rumah kaca adalah berupa sinar inframerah dan tertahan atap kaca yang mengakibatkan udara di dalam rumah kaca menjadi hangat walaupun udara di luar dingin. Efek memanaskan itulah yang disebut efek rumah kaca atau ”green house effect”. Gas-gas yang berfungsi bagaikan pada rumah kaca disebut gas rumah kaca atau ”green house gases”.

B.    Pengaruh Rumah Kaca
Pengaruh rumah kaca terbentuk dari interaksi antara atmosfer yang jumlahnya meningkat dengan radiasi solar. Meskipun sinar matahari terdiri atas bermacam-macam panjang gelombang, kebanyakan radiasi yang mencapai permukaan bumi terletak pada kisaran sinar tampak. Hal ini disebabkan ozon yang terdapat secara normal di atmosfer bagian atas, menyaring sebagian besar sinar ultraviolet. Uap air atmosfer dan gas metana dari pembusukan – mengabsorpsikan sebagian besar inframerah yang dapat dirasakan pada kulit kita sebagai panas. Kira-kira sepertiga dari sinar yang mencapai permukaan bumi akan direfleksikan kembali ke atmosfer.
Sebagian besar sisanya akan diabsorpsikan oleh benda-benda lainnya. Sinar yang diabsorpsikan tersebut akan diradiasikan kembali dalam bentuk radiasi inframerah dengan gelombang panjang atau panas jika bumi menjadi dingin. Sinar dengan panjang gelombang lebih tinggi tersebut akan diabsorpsikan oleh karbon dioksida atmosfer dan membebaskan panas sehingga suhu atmosfer akan meningkat. Karbon dioksida berfungsi sebagai filter satu arah, tetapi menghambat sinar dengan panjang gelombang lebih untuk melaluinya dari arah yang berlawanan. Aktivitas filter dari karbon dioksida mengakibatkan suhu atmosfer dan bumi akan meningkat. Keadaan inilah yang disebut pengaruh rumah kaca.
Pengaruh karbon dioksida yang dihasilkan dari pencemaran udara berbentuk gas yang salah satunya adalah dari rumah kaca. Karbon dioksida mempunyai sifat menyerap sinar (panas) matahari yaitu sinar inframerah – sehingga temperatur udara menjadi lebih tinggi karenanya. Apabila kadar yang lebih ini merata di seluruh permukaan bumi, temperatur udara rata-rata di seluruh permukaan bumi akan sedikit naik, dan ini dapat mengakibatkan meleburnya es dan salju di kutub dan di puncak-puncak pegunungan, sehingga permukaan air laut naik.

C.    Mekanisme Terjadinya
Proses terjadinya efek rumah kaca ini berkaitan dengan daur aliran panas matahari. Kurang lebih 30% radiasi matahari yang mencapai tanah dipantulkan kembali ke angkasa dan diserap oleh uap, gas karbon dioksida, nitrogen, oksigen, dan gas-gas lain di atmosfer. Sisanya yang 70% diserap oleh tanah, laut, dan awan. Pada malam hari tanah dan badan air itu relatif lebih hangat daripada udara di atasnya. Energi yang terserap diradiasikan kembali ke atmosfer sebagai radiasi inframerah, gelombang panjang atau radiasi energi panas. Sebagian besar radiasi inframerah ini akan tertahan oleh karbon dioksida dan uap air di atmosfer. Hanya sebagian kecil akan lepas ke angkasa luar. Akibat keseluruhannya adalah bahwa permukaan bumi dihangatkan oleh adanya molekul uap air, karbon dioksida, dan semacamnya. Efek penghangatan ini dikenal sebagai efek rumah kaca.
Sedangkan proses secara singkatnya yaitu ketika sinar radiasi matahari menembus kaca sebagai gelombang pendek sehingga panasnya diserapa oleh bumi dan tanaman yang ada di dalam rumah kaca tersebut. Untuk selanjutnya, panas tersebut di radiasikan kembali namun dengan panjang gelombang yang panjang(panjang geklombang berbanding dengan energi) sehingga sinar radiasi tersebut tidak dapat menembus kaca. Akibatnya, suhu di dalam rumah kaca lebih tinggi dibandingkan dengan suhu yang di luar rumah kaca.

D.    Dampak Rumah Kaca
Meningkatnya suhu permukaan bumi akan mengakibatkan adanya perubahan iklim yang sangat ekstrem di bumi. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya hutan dan ekosistem lainnya, sehingga mengurangi kemampuannya untuk menyerap karbon dioksida di atmosfer. Pemanasan global mengakibatkan mencairnya gunung-gunung es di daerah kutub yang dapat menimbulkan naiknya permukaan air laut. Efek rumah kaca juga akan mengakibatkan meningkatnya suhu air laut sehingga air laut mengembang dan terjadi kenaikan permukaan laut yang mengakibatkan negara Kepulauan akan mendapatkan pengaruh yang sangat besar.
Menurut perkiraan, efek rumah kaca telah meningkatkan suhu bumi rata-rata 1-5°C. Bila kecenderungan peningkatan gas rumah kaca tetap seperti sekarang akan menyebabkan peningkatan pemanasan global antara 1,5-4,5°C sekitar tahun 2030. Dengan meningkatnya konsentrasi gas CO2 di atmosfer, maka akan semakin banyak gelombang panas yang dipantulkan dari permukaan bumi diserap atmosfer. Hal ini akan mengakibatkan suhu permukaan bumi menjadi meningkat.
Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya konsentrasi gas karbondioksida (CO2) dan gas-gas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini disebabkan oleh kenaikan pembakaran bahan bakar minyak (BBM), batu bara dan bahan bakar organik lainnya yang melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk mengabsorpsinya. Energi yang masuk ke bumi mengalami: 25% dipantulkan oleh awan atau partikel lain di atmosfer 25% diserap awan 45% diabsorpsi permukaan bumi 5% dipantulkan kembali oleh permukaan bumi.
Energi yang diabsorpsi dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi infra merah oleh awan dan permukaan bumi. Namun sebagian besar infra merah yang dipancarkan bumi tertahan oleh awan dan gas CO2 dan gas lainnya, untuk dikembalikan ke permukaan bumi. Dalam keadaan normal, efek rumah kaca diperlukan, dengan adanya efek rumah kaca perbedaan suhu antara siang dan malam di bumi tidak terlalu jauh berbeda.
Selain gas CO2, yang dapat menimbulkan efek rumah kaca adalah sulfur dioksida (SO2), nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2) serta beberapa senyawa organik seperti gas metana (CH4) dan khloro fluoro karbon (CFC). Gas-gas tersebut memegang peranan penting dalam meningkatkan efek rumah kaca.

E.     Usaha Mengurangi Efek Rumah Kaca
Banyak hal gampang yang bisa kita lakukan untuk mengurangi efek rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global. Caranya, kita bisa mematikan lampu dan peralatan elektronik saat tidak digunakan. Selain hemat energi dan uang untuk bayar listrik, juga mengurangi polusi karena penggunaan bahan bakar. Rajin-rajin memanggil tukang servis AC. Carpooling atau berangkat bareng teman atau keluarga ke sekolah, tempat les, atau mal. Selain mengurangi kemacetan, kita juga menghemat energi. Saat mencetak tugas, usahakan memakai dua sisi kertas. Plastik adalah bahan yang sulit untuk diuraikan. Kalau dibakar, plastik akan menjadi zat racun atau polusi. Pemakaian kantong plastik saat belanja harus dikurangi. Seluruh plastik itu hanya menjadi sampah. Coba deh pakai tas karton atau tas kanvas.



PENUTUP

Kesimpulan
1.      Efek rumah kaca menyebabkan kenaikan suhu bumi – sehingga mempengaruhi iklim secara global.
2.      Namun demikian, efek rumah kaca juga berdampak positif, seperti tetap berlangsungnya kegiatan pertanian pada musim dingin oleh orang-orang Eropa.
3.      Efek rumah kaca menimbulkan dampak-dampak negatif lainnya yang menyebabkan kerugian pada manusia dan makhluk hidup lainnya.

Saran
1.      Penggunaan emisi gas karbon dioksida, mobil-mobil yang boros bahan bakar sebaiknya lebih diefisienkan.
2.      Mengganti bahan bakar minyak dengan tenaga tata surya yang ramah lingkungan.
3.      Penghijauan kembali hutan-hutan yang sudah ditebang untuk mengurangi kadar karbon dioksida.
4.      Penganekaragaman bahan bakar minyak, gas, tenaga listrik, bahkan tenaga tata surya.
5.      Bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia sebaiknya melakukan pemeliharaan kendaraan emisi gas karbon dioksida atau dengan kata lain melaksanakan program Langit Biru untuk mengurangi kadar polusi udara yang sudah di ambang batas – terutama di kota-kota besar seperti Jakarta.
6.      Efek rumah kaca yang tidak terkendali dapat menyebabkan perubahan ekologi yang sulit ditebak, seperti perubahan suhu dan pola hutan yang mengurangi produktivitas pertanian.
7.      Kerugian Indonesia di bidang pertanian karena perubahan iklim yang disebabkan oleh dampak efek rumah kaca diperkirakan sangat besar. ANGLAS (Asian Least Gost Greenhouse Gas Abatement Strategy) memaparkan bahwa efek rumah kaca mengakibatkan antara lain: naiknya permukaan air laut, krisis air bersih, meningkatnya frekuensi penyakit yang ditularkan oleh nyamuk, rusaknya infrastruktur daerah tepi pantai, dan menurunnya produksi pertanian.